"Melalui program Satu Desa Satu Traktor, kami ingin mendorong percepatan olah tanah, peningkatan indeks pertanaman (IP), serta efisiensi tenaga kerja petani. Ini bagian dari lompatan modernisasi pertanian di daerah,” ungkapnya, Selasa (15/04).
Lebih dari sekadar penyediaan alat, Wahyu menekankan pentingnya sinergi lintas sektor dalam membangun pertanian yang tangguh. Saat ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian tengah menggagas kolaborasi melalui pendekatan pentahelix yang melibatkan unsur pemerintah, akademisi, pelaku usaha, masyarakat, serta media.
Berbagai organisasi seperti KTNA, HKTI, dan Tani Merdeka Indonesia (TMI) juga diajak terlibat aktif dalam upaya ini.
"Kami optimis pertanian Kuningan bisa melesat. Kolaborasi dengan berbagai pihak dan dukungan teknologi menjadi kunci untuk mewujudkan petani yang sejahtera,” imbuhnya.
Sementara Kepala Balai Riset Mekanisasi Pertanian (BRMP) Jawa Barat, Dr Rustan Massinai, turut mengapresiasi langkah progresif Pemkab Kuningan. Menurutnya, keberanian daerah dalam mendorong modernisasi pertanian patut didukung, apalagi di tengah tantangan El Nino yang masih membayangi pada 2024.
"Sebanyak 9.700 unit pompa kami kerahkan untuk mengatasi kekeringan. Alhamdulillah, produksi tetap tinggi, dan Jawa Barat terus menjadi lumbung benih nasional,”ujarnya.
Ia juga menyoroti keberhasilan varietas benih unggul seperti Inpari 36 dan 37 yang mampu menghasilkan produktivitas hingga 10 ton dan 9,6 ton per hektare. Ia mendorong para petani agar segera melakukan pengolahan lahan pasca panen guna menjaga kesinambungan siklus tanam.
Dengan dukungan pemerintah pusat, sinergi antar pemangku kepentingan, serta dorongan teknologi modern, pertanian Kuningan diyakini mampu melompat lebih jauh menuju kemandirian dan kesejahteraan.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait