KUNINGAN, iNews.id - Ikan dewa yang berada di obyek wisata alam Cibulan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan saat berkunjung ke Kuningan Jawa Barat.
Cibulan yang terletak di Kecamatan Jalaksana Kabupaten Kuningan sudah ada sejak tahun 1939 yang merupakan obyek wisata dengan 5 kolam pemandian air dingin, diantaranya tiga kolam dihuni oleh ikan dewa.
Didi Sutardi mengungkapkan Ikan dewa menjadi daya tarik yang terdengar hingga mancanegara. Kisah ikan purbakala yang unik ini menjadi cerita yang tiada habisnya dan membuat penasaran banyak wisatawan.
"Para turis dari Singapura, Turki, Australia takjub dengan keunikan ikan dewa ini dan tidak berbau amis. Rata-rata turis asing ke sini ingin berenang dengan ikan dewa," ucapnya.
Satu hal yang perlu diketahui pengunjung ketika datang ke Cibulan, sebaiknya tidak memberikan makanan bermacam-macam.
"Ikan-ikan ini hanya suka dengan apel merah yang diiris-iris. Jadi kalau mau ke sini, bawa apel merah saja," tuturnya.
Biasanya, ikan dewa diberi makan apel merah setiap malam Jumat. Didi, memberlakukan hal tersebut demi melestarikan kebiasaan para leluhur ketika memberi makan ikan.
Hingga saat ini, jumlah ikan dewa yang ada di Cibulan sekitar 700-1.000 ekor. Jika ada yang mati, itu paling hanya tiga ekor dalam setahun. Menariknya, ketika ikan ini mati, tidak langsung dibuang. Melainkan dikafani dan dikubur.
"Saya hanya melestarikan budaya leluhur. Jika ada ikan dewa mati, harus dikubur dan dikafani. Uniknya, kalau ikan dewa mati pasti tenggelam. Berbeda dengan ikan biasa yang mengambang," jelas Didi.
Banyak sekali versi yang mengisahkan awal mula adanya Cibulan. Salah satu cerita tersebut, saat ratusan tahun lalu ketika para wali menyebarkan agama Islam di Cirebon. Saat sampai di daerah Cibulan, para wali menemukan sumber mata air yang selanjutnya dijadikan tempat peristirahatan.
Selanjutnya dibuatlah kolam dan ditanami ikan kancra bodas. Ikan tersebut dianggap keramat dan dinamakan ikan dewa. Ikan jenis ini juga terdapat di kolam renang Cigugur, Darmaloka, Linggarjati dan Situ Pesawahan.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait