Ironisnya, meskipun Kuningan dikenal dengan julukan Kabupaten Konservasi, laju kerusakan lingkungan di daerah ini tetap terjadi. Penebangan liar, alih fungsi lahan, dan eksploitasi sumber daya alam masih saja ada.
Tanpa langkah konkret, sekadar menanam pohon dalam acara seremoni tidak akan cukup untuk mengimbangi kerusakan yang terjadi.
Pakar Teknologi Pertanian dan Lingkungan, Sulistio Ipac, mengingatkan bahwa penghijauan harus menjadi gerakan berkelanjutan, bukan sekadar agenda tahunan.
"Menanam pohon di sepanjang sungai bukan hanya estetika, tetapi solusi ekologis untuk mencegah erosi dan meningkatkan kualitas air. Namun, tanpa pengawasan dan pemeliharaan, pohon-pohon ini hanya akan bertahan dalam hitungan bulan," ujarnya.
Lebih jauh, Sulistio menekankan pentingnya konsep ekowisata dan agroforestri sebagai strategi konservasi yang tetap memperhitungkan aspek ekonomi.
"Masyarakat harus dilibatkan secara aktif. Jangan sampai penghijauan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah tanpa dukungan masyarakat," terangnya.
Selain aspek teknis, edukasi lingkungan menjadi faktor krusial yang sering diabaikan. Kebiasaan buruk seperti penggunaan plastik sekali pakai, pembuangan sampah sembarangan, dan minimnya kesadaran terhadap rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS) harus ditangani lebih serius.
Tanpa perubahan pola pikir dan perilaku masyarakat, penghijauan hanya akan menjadi seremonial tahunan tanpa dampak nyata.
Dalam upaya mendorong aksi nyata, Gema Jabar Hejo memberikan penghargaan kepada para tokoh yang dinilai berkontribusi dalam pelestarian lingkungan. Penghargaan tersebut diterima oleh Anggota DPRD Kuningan dari Fraksi Gerindra, Sri Laelasari, yang aktif memperjuangkan kebijakan ramah lingkungan, serta Organisasi Senkom Mitra Polri yang berperan dalam mitigasi bencana.
Pemdan Kuningan diwakili oleh Kabid SDA Dinas PUTR, Rismunandar, juga mendapat apresiasi atas komitmennya dalam konservasi berbasis masyarakat.
Dalam pernyataannya, Sri Laelasari menegaskan bahwa kebijakan lingkungan harus berorientasi pada keberlanjutan.
"Kita perlu memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan di DPRD selaras dengan kebutuhan ekologi. Lingkungan yang sehat adalah kunci kesejahteraan masyarakat," katanya, Selasa (11/2).
Namun, penghargaan saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan langkah nyata. Pemda Kuningan menyatakan akan memperkuat program insentif bagi desa-desa yang aktif dalam konservasi.
Di tengah krisis ekologis yang semakin nyata, Kuningan perlu lebih dari sekadar seremoni penghijauan. Rehabilitasi DAS, pemulihan lahan kritis, dan pemberdayaan masyarakat dalam ekowisata harus menjadi prioritas utama..Tanpa langkah konkret dan pengawasan ketat, harapan menjadikan Kuningan sebagai Bentala Biru, Jagat Hejo hanya akan menjadi slogan kosong tanpa makna.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait