MALANG, iNewsKuningan.id - Cerita korban tragedi Kanjuruhan yang mengaku masih dengar suara tangisan hinggga trauma keramaian. Sejumlah korban tregedi Kanjuruhan masih menjalani perawatan baik dirumah maupun di rumah sakit dan hampir seluruh korban mengalami trauma kejadian yang menewaskan ratusan orang tersebut.
Seperti yang diutarakan Satria Bagus yang mengaku belum bisa menghilangkan kejadian mengerikan tersebut. Satria mengaku kalau dirinya hingga sekarang susah untuk tidur dan masih mendengar suara tangisan.
Satria menceritkan suasana kepanikan yang terjadi kepada penonton di tribun. Satria mengaku sempat lari ke bagian atas tribune dan disana dirinya menemui sejumlah ibu-ibu dan anak-anak yang berteriak minta tolong.
"Kejadian begitu cepat, sehingga aku lari untuk menyelamatkan diri, (Kalau pintu 12) Nggak sempat lihat pintu, keburu jatuh. Di pintu 13 ditutup, ada videonya. Di situ (di pintu 12) saya terjepit di pagar, tidak bisa gerak, kaki di atas, kepala di bawah, jadi malek (terbalik)," ujarnya yang dikutip sportstars.id Rabu (12/10/2022).
Bahkan dirinya susah tidur saat waktu menunjukkan pukul 23.00 sampai 03.00 WIB dini hari, atau detik-detik waktu peristiwa Tragedi Kanjuruhan dialaminya.
"Nggak bisa tidur, kedengaran orang-orang nangis, kepikiran terus kejadian itu. Kayak dengar orang nangis sendiri itu jam 11 malam sampai 3 pagi. Sampai sekarang masih kepikiran, kayak kebayang-bayang waktu kejadian itu," pungkasnya.
Sementara itu Kavia Ainur Rohma warga Perumahan New Puri Kartika Asri Blok M1-28 Arjowinangun, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang ini. Turut menjadi korban tragedi Kanjuruhan menceritakan kalau dirinya masih trauma dengan kejadian tersebut.
Kevia mengaku jadi trauma berat keramaian, dirinya lebih memilih untuk menyendiri dan menghindari keramaian-keramaian. Remaja berusia 18 tahun ini juga menuturkan, begitu trauma ketika melihat video yang berdesak-desakan dan tembakan gas air mata.
"Ngeri-ngeri saja (kalau melihat keramaian), (memilih) menghindar. Trauma mungkin butuh waktu," kata Kevia Naswa Ainur Rohma.
Selain trauma pada psikisnya, Kevia menjelaskan juga sempat kesulitan beraktivitas pergelangan tangan kanannya. Tangan kanan ini seperti kaku dan sulit digerakkan, hal inilah yang membuatnya dibawa pihak keluarga ke sebuah klinik ortopedi di Kota Malang.
"Kalau (efek) gas (air mata) lebih di kulit iritasi, (kondisi mata) normal biasa pandangannya. Saya dikasih obat tetes sama minum untuk nyerinya, sudah semakin membaik, kalau warna merahnya mungkin butuh waktu," paparnya.
Editor : Miftahudin