"Dia bercerita dengan terbata-bata, menangis, dan meminta dipulangkan. Saat saya telepon, lututnya masih berdarah,”ungkap Bupati Dian didampingi Kapolres AKBP M Ali Akbar, Minggu (7/12).
Menurut Bupati, Dimas direkrut melalui jalur tidak resmi dan perjalanannya dibawa dari Malaysia ke Thailand sebelum tiba di Kamboja. Di lokasi penampungan, ia dipaksa bekerja sebagai operator judi online dengan perlakuan penuh kekerasan.
"Dia dipukuli dan geraknya dibatasi. Itu perlakuan tidak manusiawi,”tegasnya.
Menyadari situasinya sangat genting dan membutuhkan penanganan lintas negara, Bupati Kuningan segera mengambil langkah cepat. Ia langsung menghubungi Polres Kuningan dan Andi Gani Nena Wea sebagai Penasihat Kapolri sekaligus Presiden KSPSI, yang memiliki jaringan buruh internasional sangat kuat.
Respons Andi Gani berlangsung sangat cepat. Kebetulan ia sedang berada di Malaysia dalam agenda ketenagakerjaan. Jaringan internasionalnya langsung diaktifkan untuk membuka jalur penyelamatan.
"Bang Andi langsung mengontak Presiden Buruh Kamboja, Mister Chen. Dari sana dilakukan juga koordinasi dengan KBRI dan Desk Ketenagakerjaan Mabes Polri,”jelasnya.
Tidak berhenti di situ, Andi Gani juga berkoordinasi langsung dengan Kapolri untuk segera menindaklanjuti upaya penjemputan korban TPPO dari Kamboja. Berdasarkan penelusuran jaringan buruh dan Pemerintah Daerah Kuningan, terungkap bahwa Dimas bukan satu-satunya WNI yang menjadi korban.
"Ternyata ada sepuluh orang yang akan segera dijemput. Ini bukan kasus tunggal,”ujarnya.
Bupati Dian berharap proses pemulangan dapat dilakukan secepatnya, mengingat kondisi para korban sangat memprihatinkan dan membutuhkan perlindungan segera. Upaya ini kini berada dalam jalur diplomatik dan penegakan hukum yang digerakkan langsung oleh jaringan Andi Gani bersama aparat kepolisian dan KBRI.
"Kami berharap semuanya bisa kembali ke Indonesia dalam waktu dekat,”pungkasnya.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait
