"Alhamdulillah, saya sangat mengapresiasi. Satu per satu permasalahan mulai terselesaikan. Persoalan kohe yang selama ini dikeluhkan masyarakat, akhirnya ditemukan solusinya. Semoga pelaksanaannya berjalan lancar dan memberi manfaat luas," ungkap Saw Tresna, Senin (16/6).
Ia juga berharap langkah positif ini menjadi pemicu pembenahan sektor lain, seperti pengaktifan kembali terminal-terminal yang belum berfungsi maksimal agar bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi lokal melalui aktivitas perdagangan, jasa, dan fasilitas umum lainnya.
Sementara itu, Bupati Dr H Dian Rachmat Yanuar menegaskan bahwa program ini bukan hanya tentang pengolahan limbah, tetapi juga merupakan bentuk nyata perlindungan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan peternak.
"Ini menjadi solusi konkret untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat limbah ternak. Kami berharap, upaya ini dapat berdampak langsung terhadap peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya para peternak," ujar Bupati Dian.
Ia menyebutkan, keberadaan pabrik ini sangat membantu dalam menyelesaikan persoalan limbah di wilayah-wilayah sentra peternakan seperti Desa Cisantana dan Cipari di Kecamatan Cigugur, serta Kecamatan Cibingbin.
Dengan estimasi produksi awal mencapai 20 hingga 30 ton pupuk per hari, Bupati Dian optimistis kapasitas tersebut dapat ditingkatkan hingga 50 ton seiring berjalannya waktu dan meningkatnya permintaan pasar.
"Ini adalah langkah solutif, bukan hanya menangani limbah tetapi juga mengubahnya menjadi produk bernilai tambah. Kohe yang semula menjadi masalah, kini justru menjadi sumber peluang ekonomi baru," tutupnya.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait