Saat ini, setidaknya ada tiga kekuatan besar yang muncul dalam bursa bakal calon bupati. Mereka adalah Dian Rachmat Yanuar yang diusung Partai Golkar, M Ridho Suganda (PDIP), dan Yanuar Prihatin (PKB).
Munculnya ketiga nama ini, telah memicu berbagai analisis politik di kalangan pengamat dan masyarakat. Dian Rachmat Yanuar, yang diusung oleh Partai Golkar dengan dukungan 7 kursi di DPRD, masih membutuhkan koalisi dengan partai lain untuk memenuhi syarat pencalonan.
"Partai Golkar perlu menggandeng partai dengan minimal 3 kursi di parlemen, seperti NasDem atau Demokrat, untuk bisa maju. Namun, akan lebih strategis jika Golkar berhasil merangkul NasDem, Demokrat, dan Gerindra sebagai partai pengusung," jelas Sujarwo.
Di sisi lain, M Ridho Suganda atau yang akrab disapa Edo, yang diprediksi akan berpasangan dengan calon dari PKS, juga belum menunjukkan perkembangan signifikan. Jika PDIP dengan 9 kursi berhasil berkoalisi dengan PKS yang memiliki 7 kursi, mereka akan memenuhi syarat minimal untuk mencalonkan diri.
Namun, Sujarwo menekankan bahwa perkawinan politik antara PDIP dan PKS masih dalam proses penjajakan.
Sementara itu, Yanuar Prihatin yang diusung oleh PKB memiliki peluang besar untuk membentuk koalisi dengan PAN dan PPP. Jika komposisi ini terealisasi, persaingan dalam Pilkada Kuningan diperkirakan akan berlangsung sengit, dengan kekuatan politik yang relatif berimbang.
Masyarakat perlu bersabar dan melihat bagaimana peta politik ini akan berkembang dalam beberapa hari ke depan. Apa yang terjadi di balik layar saat ini, sangat menentukan arah Pilkada Kuningan ke depan.(*)
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait