Dia ingin bekerja di Malaysia sebagai pekerja konstruksi. Tetap saja, pekerjaan yang dia dapatkan bukanlah yang diimpikan oleh kebanyakan anak berusia 14 tahun.
Karena kualifikasinya yang terbatas, ia harus mengambil pekerjaan sebagai ahli bangunan. Honor yang diterima Subaidi kurang dari 100% dari jumlah yang disepakati semula.
Terlalu banyak drama yang diambil dari hak anak laki-laki yang tidak dikenal. Tapi Subaidi sabar. Dia melanjutkan profesinya sebagai master builder selama beberapa tahun ke depan. Lagi pula, bekerja sebagai kontraktor tidak membuat Subaidi "mati". Karena dia kehabisan ide.
2. Nekat Jadi TKI di Malaysia
Subaidi yang kala itu berusia 17 tahun, nekad untuk menjadi TKI di Malaysia dan memulai jasa renovasi rumah atau kontraktor dan telah memasang spanduk di banyak tempat di Selangor. Motivasi Subaidi saat itu sederhana. dia ingin menjadi orang kaya.
Meski hanya lulusan SD, Subaidi begitu hebat di negara lain hanya karena memiliki fasilitas yang cukup. Subaidi harus berjuang keras hanya untuk masuk ke Malaysia, belum lagi fasilitasnya.
Subaidi datang ke Malaysia secara ilegal. Saat mereka mulai mendarat di daratan tetangga, Dia dan rombongan lainnya dikejar oleh polisi setempat dan tersesat jauh di dalam hutan. Selama berhari-hari Subaidi minum air limbah dan makan singkong mentah di hutan sampai dia diselamatkan oleh seseorang yang sekarang dia anggap saudara dekatnya.
Selama berada di Malaysia, selain bisnis kontrak, Subaidi telah mencoba berbisnis hampir 47 kali, semuanya gagal. Mulai dari mengimpor barang, hingga kontraktor, diakhiri dengan MLM.
Dari pengalaman yang didapat di Malaysia ini mengantarkan Subaidi untuk terjun ke dunia retail dan kini ia menjadi pengusaha Madura yang terkenal. Secara total, ada 12 minimarket yang berada di bawah naungan PT SSI Subaidi.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait