Demo Balai TNGC Kuningan Sempat Ricuh, Massa Bakar Ban Bekas
Para peserta aksi menilai keberadaan Balai TNGC justru memperburuk kondisi sumber daya air di kawasan lereng Ciremai. Mereka mengeklaim menerima banyak keluhan warga, yang belakangan ini mengalami penurunan drastis pasokan air bersih terutama di wilayah lereng Ciremai.
Beberapa desa disebutkan seperti Cisantana, Puncak, Sagarahiang, hingga Cileuleuy. Salah satu orator aksi, Yusuf Dandi Asih dengan lantang menyuarakan keresahan masyarakat.
Ia memperingatkan bahwa Kuningan berpotensi mengalami bencana serupa banjir bandang yang melanda sejumlah daerah di Sumatera, akibat rusaknya daerah tangkapan air.
"Kuningan jangan sampai seperti Sumatera, terkena banjir bandang. Sebelum TNGC berdiri, masyarakat lereng Ciremai bisa bercocok tanam dan airnya melimpah. Sekarang warga Cisantana dan sekitarnya justru kekurangan air," katanya.
Ia bahkan menuding, adanya pengelolaan sumber air yang tidak transparan dan rawan disalahgunakan.
"Berapa banyak aliran air dari Ciremai yang tanpa izin diambil begitu saja? Jangan sampai TNGC bermain dalam pengelolaan sumber air di Gunung Ciremai,”ujarnya.
Dalam orasinya, Yusuf menyatakan pihaknya akan menggelar aksi lanjutan yang lebih besar, jika pemerintah pusat khususnya Presiden RI dan Menteri Kehutanan tidak segera merespons tuntutan pembubaran Balai TNGC.
"Kami hanya perwakilan, tapi suara rakyat akan kami bawa. Kalau harus aksi lebih besar, kami siap. Saya tidak ingin Kuningan ricuh, tapi keresahan warga harus didengar," pungkasnya.***
Editor : Andri Yanto