Longsor Masih Bayangi Kuningan, Akses Jalan Tertutup dan Rumah Terancam

"Tebing longsor menutup total akses jalan antar desa dan mengancam rumah-rumah di Dusun Bakom. Terdapat empat rumah warga yang terancam langsung oleh longsoran, dengan total 18 jiwa terdampak secara langsung,”jelas Indra, Selasa (26/5).
Tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, namun kerugian material terpantau cukup besar. Longsoran tanah dengan ketebalan mencapai 1,5 meter membuat warga dan aparat desa bersama tim BPBD harus bekerja keras membersihkan material agar akses bisa dilalui kembali.
"Saat ini akses jalan Pamupukan–Cipedes sudah bisa dilalui kendaraan roda empat, setelah dilakukan pembersihan oleh warga dan aparat. Tapi kami tetap imbau warga waspada karena potensi longsor susulan masih ada,” lanjutnya.
Sementara di Desa Cipakem, Kecamatan Maleber, longsor dari tebing kebun juga mengganggu akses jalan utama menuju Desa Padamulya. Longsoran bahkan mengancam bangunan SDN 2 Cipakem dan rumah warga di Dusun Cihirup dan Dusun Pasirjati.
"Material longsor menimbun sebagian halaman sekolah dan rumah warga. Kami bersama masyarakat sudah memasang cerucuk bambu dan terpal untuk mencegah longsor susulan,” terangnya.
Hal serupa juga terjadi di Desa Gunungaci, Kecamatan Subang. Longsor dari tebing kebun milik warga menyebabkan tembok dapur rumah warga jebol. Meski kerusakan tergolong ringan, namun kewaspadaan tetap ditingkatkan.
"BPBD telah menurunkan tim assessment ke seluruh lokasi dan memberikan bantuan logistik serta bahan darurat seperti terpal dan karung. Untuk langkah lanjutan, kami terus berkoordinasi dengan desa dan pihak terkait lainnya,”jelasnya.
Ia pun mengingatkan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi dalam beberapa hari ke depan, sehingga masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor diimbau untuk selalu waspada dan segera melapor jika melihat tanda-tanda pergerakan tanah.
"Bencana longsor memang masih membayangi Kuningan, terutama di wilayah dengan kontur tanah yang labil. Oleh karena itu, kesiapsiagaan dan gotong royong menjadi kunci utama dalam mitigasi,”pungkasnya.***
Editor : Andri Yanto