Paslon Dian-Tuti Dominasi Koalisi Parpol di Pilkada Kuningan

"Bersatunya kekuatan partai-partai besar ini bisa mengarah pada pembentukan Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus di tingkat daerah, yang bukan hal mustahil untuk terwujud," ujarnya.
Dalam waktu yang tersisa hingga akhir masa pendaftaran pada 29 Agustus 2024, lanjutnya, kemungkinan besar akan ada tambahan dari partai politik (parpol) lain. Khususnya partai non parlemen juga diduga kuat akan merapat ke paslon tersebut.
Jika skenario KIM Plus ini benar-benar terwujud, Ia mengkhawatirkan Pilbup Kuningan 2024 hanya akan diikuti oleh dua pasangan calon bupati dan wakil bupati. Kondisi ini, bisa menciptakan pertarungan politik yang kurang berimbang di Kuningan.
"Jika hanya ada dua pasangan calon yang bertarung, maka kompetisi politik ini bisa menjadi kurang dinamis. Bahkan cenderung lebih menguntungkan pasangan yang memiliki dukungan koalisi besar seperti Dirahmati," katanya.
Ia juga mengingatkan, bahwa dinamika politik yang berkembang pesat ini harus terus diawasi oleh masyarakat, agar proses demokrasi di Kuningan tetap berjalan dengan sehat dan adil.
"Partisipasi aktif masyarakat dalam mengawal proses politik sangat penting, agar Pilbup Kuningan 2024 benar-benar mencerminkan aspirasi dan keinginan rakyat," ungkapnya.
Saat ini, memang hanya PKS yang belum terlihat jelas memberikan rekomendasi meski disinyalir bakal bergabung dengan Golkar. Sementara PDIP dan PPP yang mengusung Ridho-Kamdan (Ridhokan), mendapat dukungan dari Partai Demokrat.
Sedangkan PKB yang mengusung Calon Bupati Kuningan H Yanuar Prihatin, belum memutuskan nama calon wakilnya. PKB sendiri mendapat dukungan dari PAN untuk mengusung Yanuar di Pilkada Kuningan.***
Editor : Andri Yanto