"Wayang Golek adalah warisan budaya yang mengandung nilai-nilai luhur dan filosofis. Wayang Golek bukan sekadar hiburan, tapi juga sarana pendidikan yang mengandung banyak ajaran moral," kata Yanuar.
Oleh karena itu, lanjutnya, penting untuk memperkenalkan dan melestarikan seni ini kepada generasi muda agar mereka tidak kehilangan jati diri dan identitas budaya bangsa. Pelestarian seni tradisional seperti Wayang Golek memerlukan peran serta seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah daerah.
"Pemerintah harus aktif mendukung kegiatan seni tradisional dengan menyediakan ruang dan kesempatan bagi seniman, untuk berkarya dan mempersembahkan karya mereka kepada masyarakat luas," terangnya.
Dirinya juga menyampaikan pesan khusus kepada generasi muda Kuningan, menekankan bahwa mereka adalah penerus bangsa yang akan menentukan arah masa depan.
"Saya mengajak seluruh pemuda dan pemudi Kuningan untuk lebih mengenal dan mencintai budaya kita sendiri. Jangan sampai kita kehilangan identitas karena tergerus arus globalisasi," paparnya.
Di akhir sambutannya, Yanuar, yang juga merupakan warga Desa Pajawankidul, memohon doa dan dukungan dari warga untuk pencalonannya dalam Pilkada Kuningan yang akan datang.
"Sebagai bagian dari keluarga besar Desa Pajawankidul, saya memohon doa yang terbaik dari bapak ibu sekalian, agar saya dapat menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya untuk kemajuan Kuningan yang kita cintai bersama," tuturnya, disambut tepuk tangan meriah dari warga.
Kepala Desa Pajawankidul, A Rojak mengapresiasi kehadiran Yanuar Prihatin dan perhatian khususnya terhadap pelestarian seni tradisional.
"Kami berharap kehadiran Pak Yanuar dapat memotivasi generasi muda di Desa Pajawankidul untuk lebih mencintai dan melestarikan seni budaya kita," katanya.
Ia menyampaikan harapannya, agar seni Wayang Golek dan seni tradisional lainnya terus berkembang dan menjadi kekayaan budaya yang tetap hidup di tengah arus modernisasi. Terutama pada momen perayaan seperti HUT ke-79 RI yang memperkuat semangat nasionalisme dan kebanggaan terhadap budaya lokal.(*)
Editor : Andri Yanto