Beberapa pedagang juga menyoroti masalah parkir yang cukup jauh dari tempat usaha mereka. Mereka berpendapat bahwa penutupan jalan seharusnya tidak bersifat total, melainkan kendaraan masih diizinkan melewati area tersebut untuk keperluan pengiriman atau pengambilan barang.
"Kalau untuk penataan sih bagus, tapi dampak ke tokonya ya sepi. Biasanya pembeli banyak bahkan kita tidak ada waktu santai, tapi sekarang lihat saja sepi pembeli," kata seorang karyawan Toko Emas Macan, Yudi didampingi karyawan lain Melani dan Hesty.
Dia mengaku, omset toko tempatnya bekerja mengalami penurunan hingga 50 persen.
"Mungkin banyak konsumen yang enggan berjalan cukup jauh apalagi cuaca panas,” ujarnya.
Seharusnya, Ia berpendapat, mestinya jalur utama tidak ditutup total untuk kendaraan. Sehingga dibiarkan saja bisa melintas hanya untuk bongkar muat barang maupun menurunkan penumpang, dan parkir tidak diperbolehkan.
Para pegawai toko juga mengungkapkan keprihatinan mereka, akan kemungkinan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) jika situasi ini berlanjut. Mereka merasa khawatir akan keamanan, karena sepi dan gelap saat pulang malam setelah penutupan jalan.
"Kalau mau seperti Malioboro, kan kendaraan masih bisa lewat dan masih ada para pedagang. Ini mah gak ada, kalau sudah tutup toko ya sepi jadinya. Gelap lagi," katanya.
"Kalau begini terus, kita juga khawatir akan terjadi PHK. Biasanya kalau malam kita pulang berani jalan sendiri. Semenjak ditutup, kita gak berani jalan sendirian karena sepi dan gelap,” timpal Melani menambahkan.
Sebagai usulan, para pedagang dan pegawai toko berharap agar Pemda Kuningan dapat mengkaji ulang kebijakan penutupan Jalan Siliwangi, demi menghindari kerugian yang lebih besar bagi banyak pihak.(*)
Editor : Andri Yanto