“Hari ini saya meninjau ke lokasi bencana yakni Desa Giriwaringin. Nampak longsoran yang saya kira ini cukup besar ya, karena hampir tiga rumah rata dengan tanah dan rusak parah,” kata Sekda Dian.
Tak hanya itu, Ia juga memberikan imbauan berdasarkan informasi dari BMKG bahwa dari Desember 2023 hingga Februari 2024, perlu dilakukan kewaspadaan terhadap perubahan cuaca, curah hujan, dan angin kencang. Namun hingga sekarang, sepertinya cuaca tersebut tetap perlu diwaspadai.
“Untuk itu, pentingnya kewaspadaan dan peringatan dini bagi seluruh masyarakat khususnya wilayah selatan dan timur serta beberapa wilayah lain yang rawan terjadi bencana longsor,” tukasnya.
Maka dalam kesiapsiagaan kebencanaan, lanjutnya, diharapkan camat, lurah, dan kepala desa dapat menyampaikan informasi iyu kepada masyarakat. Adanya peristiwa bencana yang dilakukan penanganan sementara, ucapan terima kasih disampaikan kepada masyarakat dan pihak lain karena melakukan pembersihan di wilayah reruntuhan.
“Lakukan terus koordinasi Aparat Desa dengan Kecamatan, TNI, POLRI, Seluruh SKPD dan BPBD Kuningan,” imbuhnya.
Sementara Kepala Pelaksana BPBD Kuningan, Indra Bayu Permana menyebut, jika Tim Assessment Pusat Data Operasi (Pusdalops) telah melakukan pendataan lapangan dari setiap peristiwa kebencanaan yang terjadi. Salah satunya yakni kejadian bencana di Desa Giriwaringin, Maleber.
“Jadi pada Selasa tanggal 5 Maret 2024 sekitar jam 10 malam, itu terjadi gerakan tanah berdampak retakan di bukit sepanjang 200 meter mengakibatkan longsor. Dampaknya menimbun tiga rumah, bangunan kandang hewan ternak, serta 14 bangunan rumah lain terancam,” terangnya.
Selain itu, Ia menyebut, jika dua unit sepeda motor milik warga juga tertimbun longsoran. Kemudian satu unit rumah jebol di bagian dinding kamar atau rusak sedang.
“Ini merupakan salah satu titik lagi longsor yang tergolong paling parah,” katanya.
Termasuk di Desa Cipakem, Ia menyebut apabila longsor terjadi usai turun hujan deras sejak siang hingg malam. Bencana tersebut telah menyebabkan akses jalan Desa Cipakem sempat tidak dapat dilalui oleh kendaraan, dan mengancam warung dan pemukiman sekitarnya.
“Lalu di Dusun Cisampih, Desa Cipakem, bencana longsor berdampak pada tebing bahu jalan dan sebagian ruas jalan Cipakem-Mekarsari putus dan menimpa kebun milik warga. Jalan ini merupakan salah satu akses penghubung antar desa yang sangat vital,” ujarnya.
Oleh sebab itu, pihaknya melihat, jika titik kebencanaan itu harus mendapatkan perhatian serius dan segera di koordinasikan untuk penanganan secepat mungkin.
Perlu diketahui, sepanjang Maret 2024 telah terjadi lebih dari 40 titik kebencanaan. Adapun bencana tersebut yakni berupa banjir, tanah longsor, pergerakan tanah, serta angin kencang.(*)
Editor : Andri Yanto