Sementara Kepala Kesbangpol Jabar, Drs Wahyu Mijaya SH MSi mengingatkan, bahwa ancaman paham radikal kini tidak lagi hadir melalui doktrin langsung, tetapi melalui medium yang dekat dengan anak-anak, seperti game dan konten digital. Ia menegaskan bahwa pola permainan tertentu dapat mengarahkan anak pada tindakan kekerasan bahkan mempelajari hal-hal berbahaya.
"Sekarang, paham radikalisme ini tidak hanya masuk lewat ceramah atau doktrin, tapi bisa lewat game yang mengandung unsur kekerasan. Ada pola permainan yang mengajarkan perakitan bahan berbahaya dalam bentuk simulasi. Konten-konten seperti ini sangat berpotensi menjadi pintu masuk paham radikal bagi anak-anak,”ungkapnya.
Ia menyampaikan bahwa pada tahun depan, Kesbangpol bersama Densus 88 akan fokus pada upaya pencegahan dini, khususnya dengan menyasar pelajar sekolah. Program telah dirancang untuk meningkatkan literasi digital serta memperkuat ketahanan ideologi generasi muda terhadap pengaruh radikal berbasis dunia maya.
"Ini ancaman nyata bagi generasi penerus bangsa. Karena itu, isu terorisme menjadi fokus dan konsentrasi serius kami,”tegasnya.
Anggota DPRD Jawa Barat, Hj Tina Wiryawati juga menekankan, pentingnya pendidikan karakter bagi generasi muda sebagai calon penerus bangsa. Ia menilai anak-anak Indonesia harus dipersiapkan menjadi pemimpin masa depan yang berintegritas dan memiliki kecintaan kuat terhadap tanah air.
"Generasi muda harus siap menggantikan generasi senior, baik di eksekutif maupun legislatif. Pendidikan karakter dan wawasan kebangsaan sangat penting agar kelak lahir penerus yang kuat dan mampu menjaga keutuhan NKRI. Meski mencari pendidikan ke luar negeri, nilai cinta Indonesia tidak boleh hilang,”ujarnya.
Kesbangpol Jabar bersama para pemangku kebijakan berharap langkah pencegahan radikalisme dan terorisme sejak dini dapat memperkuat ketahanan bangsa, sekaligus memastikan anak-anak tumbuh sebagai generasi berkarakter dan berwawasan kebangsaan yang kokoh.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait
