Dalam sambutannya, Bupati Dian menegaskan pentingnya menyediakan ruang alternatif bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang, bukan hanya melalui pendidikan akademik semata, tetapi juga lewat pengalaman budaya yang membentuk karakter.
"Kita sepakat bahwa anak-anak tidak cukup hanya dijejali pendidikan akademis. Mereka juga perlu mencintai seni dan budaya, karena dari situlah terbentuk karakter yang mencintai tanah airnya,”ungkapnya.
Ia menyoroti fenomena di mana anak-anak dan remaja lebih akrab dengan budaya populer luar negeri seperti K-Pop, sementara warisan budaya lokal semakin jarang disentuh. Untuk itu, kehadiran Heman Ka Budak diharapkan menjadi salah satu jawaban, sebuah panggung yang merayakan identitas lokal, yang membangkitkan kebanggaan generasi muda terhadap akar budaya mereka sendiri.
Lebih jauh, Bupati Dian menekankan bahwa anak-anak bukan sekadar penerus masa depan, melainkan juga penjaga warisan budaya.
"Kearifan lokal tiap daerah adalah harta yang harus dijaga. Kita harus mengajarkan anak-anak untuk mencintai budayanya sendiri dengan sepenuh hati,”tegasnya.
Ia pun optimis, apabila helaran seni dan budaya ini terus digelar secara konsisten, Kuningan tak hanya akan dikenal sebagai daerah berhawa sejuk dengan panorama menawan, tetapi juga sebagai pusat pelestarian budaya yang menarik perhatian wisatawan, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Saya yakin, dengan kekayaan budaya dan keindahan alam yang kita miliki, Kuningan akan menjadi destinasi wisata unggulan, tidak hanya di tingkat regional tapi juga internasional,”terangnya.
Helaran Heman Ka Budak kini menjadi simbol komitmen Kuningan dalam merawat akar tradisi, serta membangun masa depan anak-anaknya lewat cinta pada budaya sendiri sebuah warisan yang tak lekang oleh zaman.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait