"Eco Enzyme dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil panen dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Ini sejalan dengan program pemerintah yang mendukung pertanian berkelanjutan,”ungkapnya, Jumat (11/10).
Ia menjelaskan, bahwa Eco Enzyme lebih ekonomis karena dibuat dari bahan limbah sayuran dan buah-buahan, sehingga dapat diakses oleh masyarakat luas. Penggunaan Eco Enzyme dalam pupuk organik mampu meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman.
"Kandungan enzim dalam Eco Enzyme membantu proses dekomposisi bahan organik, meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman, serta merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang bermanfaat di dalam tanah,”jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Wahyu juga mengajak para anggota KWT dan masyarakat untuk mengimplementasikan program Melak Beu, sebuah inisiatif yang mendorong masyarakat memanfaatkan lahan pekarangan untuk menanam komoditas pangan sehari-hari. Program ini bertujuan mendukung semangat KARJO (Pekarangan Hejo) melalui pemanfaatan lahan sekecil apa pun, dengan penggunaan pupuk dari sampah organik.
"Kita bisa memanfaatkan Eco Enzyme untuk meningkatkan produktivitas tanaman di pekarangan rumah, sekaligus menciptakan lingkungan yang lebih hijau. Mari kita mulai dari rumah tangga kita sendiri," ajaknya.
Dia berharap, setiap rumah tangga di Kuningan dapat mengembangkan Eco Enzyme untuk mendukung ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan.
"Eco Enzyme merupakan hasil fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, dicampur dengan gula dan air. Dengan langkah sederhana ini, kita dapat berkontribusi besar pada pertanian berkelanjutan,”pungkasnya.
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait