KUNINGAN,iNewsKuningan.id - Dua tokoh politik PDI Perjuangan yakni Acep Purnama dan Rana Suparman terus memperkuat konsolidasi relawan pendukung Ganjar-Mahfud di Kuningan, Jabar. Keduanya kompak terlibat konsolidasi bersama Jurkamnas TPN Ganjar-Mahfud, Oktafiandi saat Training of Trainer (ToT) dengan ratusan orang relawan Baraya Kang Okta (BKO), Rabu (31/1).
Oktafiandi selaku caleg DPR RI Dapil Jabar X dari PDIP ini menekankan beberapa poin penting. Ia menjelaskan, calon presiden dan wakil presiden Ganjar-Mahfud memiliki misi yang akan mengedepankan kedaulatan pangan.
"Seperti yang termaktub dalam dokumen setebal 62 halaman tentang visi misi, pasangan Ganjar-Mahfud menjamin ketersediaan pangan dari dalam negeri, aman, berkualitas, murah dan terdiversifikasi berbasis kearifan lokal serta mendukung Desa Mandiri Pangan. Memastikan pangan murah melalui stabilisasi harga pangan," kata Oktafiandi.
Kemudian dalam program lahan subur untuk petani, lanjutnya, Ganjar-Mahfud juga berjanji menghentikan alih guna lahan demi memastikan lahan subur dan lahan produktif diberikan kepada petani kecil dan buruh tani, serta diperkuat dengan pengelolaan tata ruang yang adil dan berkelanjutan.
Poin lain yang juga menjadi penegasan Kang Okta, sapaan akrabnya, yaitu terkait soliditas relawan di lapangan dalam mengawal suara Ganjar-Mahfud baik itu di saat menjelang Pemilu, di TPS, dan juga pasca Pemilu.
"Mari kita kawal kemenangan Ganjar-Mahfud. Jangan mundur karena diintimidasi, apalagi kalau hanya sekadar ditakut-takuti," tegasnya.
Kang Okta menggambarkan, perjuangan memenangkan Ganjar-Mahfud mirip dengan situasi 2014 lalu ketika Jokowi maju jadi presiden. Latar belakang Jokowi sebagai orang biasa yang sama dengan Ganjar, dulu dipandang sebelah mata oleh lawan-lawan politik.
”Kondisi sekarang sama dengan kondisi ketika 2014 kita memenangkan Jokowi dulu. Kala itu semua lembaga survei juga tidak ada yang memenangkan Jokowi. Semua elit tidak yakin Jokowi akan menang. Semua kekuasaan berkumpul di seberang Jokowi, hingga koalisi partai juga koalisi kecil. Sama persis dengan Ganjar hari ini,” paparnya.
Lebih lanjut Kang Okta menjelaskan, ketika itu Tuhan dan rakyat berkehendak untuk memenangkan Jokowi. "Hari ini juga begitu. Biarkan saja mereka menari di atas alunan musik gombalan yang diciptakan sendiri oleh mereka untuk menyenangkan calon mereka. Nanti tarian mereka akan berhenti sendiri bersamaan dengan gendang rakyat untuk kemenengan Ganjar-Mahfud," terangnya optimis.
Menurut Kang Okta, rakyat sudah jenuh dengan perilaku elit yang tidak lagi mengindahkan nilai etika dan adab ketimuran. "Perlahan rakyat sudah mulai melawan. Seperti di Gunung Kidul kemarin. Para oknum laki-laki dilabrak oleh emak-emak berdaster untuk membela rakyat yang diamankan oleh oknum," jelasnya.
Sebagai salah satu kandang Banteng di Jawa Barat, Kang Okta mengajak relawannya di Kuningan untuk tidak lengah dan selalu waspada.
"Kuningan itu kandang Banteng. Kita buktikan, siapa yang mengusik Banteng siap-siap kena seruduk. Kemenangan Ganjar-Mahfud adalah kemenangan rakyat," tandasnya.
Seusai acara, Kang Okta membeberkan, relawan semakin bersemangat setelah melihat Mahfud MD mengundurkan diri dari Kabinet Jokowi. Menurutnya, keputusan Mahfud MD mundur dari posisi Menko Polhukam mengajarkan integritas kepada masyarakat.
"Masyarakat sangat mengapresi langkah Prof Mahfud mundur dari kabinet Pak Jokowi. Langkah itu dinilai penting untuk menjaga demokrasi dan menjadi pemimpin yang demokratis," ungkapnya.
Ia mengaku merasakan aura semangat perjuangan di Kuningan. Hal itu menurutnya terlihat dari antusiasme peserta yang hadir meskipun cuaca kurang baik.
"Saya meminta semangat hari ini bisa ditularkan ke tetangga, keluarga, dan teman-teman semua. Saya yakin jika Acep Purnama dan Rana Suparman telah bersatu di satu panggung hari ini, Ganjar-Mahfud bisa menang 50 persen lebih di Kabupaten Kuningan," bebernya.
Aktivis GMNI Jabar yang juga anggota DPRD Kuningan, Rana Suparman yang turut hadir juga mengajak masyarakat Kuningan untuk bersama-sama menjaga demokrasi yang diperjuangkan lewat reformasi 1998. Menurutnya, reformasi adalah wujud perlawanan rakyat atas kepemimpinan nasional yang bertangan besi dan memanfaatkan hukum untuk kepentingan pribadi.
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait