Harunya Wisuda Tahfidz Qur'an Anak Tunanetra di Kuningan Eyes Center

KUNINGAN,iNEWS.ID - Di sebuah aula lantai tiga Kuningan Eyes Center (KEC), suasana mendadak hening. Tangis haru mulai pecah pelan-pelan saat satu per satu anak-anak tunanetra memeluk dan menyematkan mahkota kepada orang tua mereka.
Di balik keterbatasan penglihatan, ada kekuatan yang terang benderang hafalan Al Qur'an yang mereka peluk erat dengan hati. Sebanyak 20 anak dan dua remaja tunanetra diwisuda dalam gelombang pertama Wisuda Tahfidz Qur'an, digelar oleh Yayasan Netra Berkah Mandiri bekerja sama dengan Rumah Sahabat KITA.
Bukan sekadar seremoni, ini adalah penanda betapa cahaya Al Qur'an mampu menembus gelapnya dunia yang tak mereka lihat. Acara sakral ini dihadiri oleh tokoh-tokoh penting yang juga ikut hanyut dalam keharuan.
Hadir pemilik KEC dr Achmad Budi Utomo SpM, Pengurus Rumah Sahabat Qur'an (RSQ) Harun Kusyano, Inisiator Gerakan KITA sekaligus Pembina RSQ Ikhsan Marzuki, Ketua BAZNAS Kuningan HR Yayan Sofyan, serta undangan lainnya yang larut dalam suasana khidmat.
Saat sambutan, Harun Kusyano menekankan bahwa momen ini bukan sekadar acara keagamaan, melainkan ajang silaturahmi yang sarat makna.
"Kami ingin memperkuat hubungan batin antara anak-anak, para pengurus, dan juga orang tua. Lebih dari itu, kami ingin menanamkan rasa percaya diri pada anak-anak bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk menjadi luar biasa,”ungkapnya.
Sementara dr Achmad Budi Utomo tak bisa menyembunyikan rasa bangganya, karena aula KEC dipercaya menjadi tempat digelarnya acara bersejarah ini.
"Ini momen yang sangat membekas. Dunia KEC dekat dengan disabilitas, dan saya membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa pun yang ingin melangsungkan kegiatan serupa di sini,” ujarnya penuh semangat.
Ketua BAZNAS Kuningan, HR Yayan Sofyan, tak mampu menyembunyikan rasa harunya. “Saya sudah sering hadir dalam wisuda tahfidz, tapi ini pertama kalinya saya menyaksikan yang pesertanya adalah anak-anak tunanetra. Mereka benar-benar pejuang cahaya di tengah gelapnya dunia,” katanya, dengan mata yang tampak berkaca-kaca.
Salah satu momen yang mengundang kekaguman adalah saat ustadz Ahmad Taufik Lc, menguji para wisudawan. Ia menyebutkan potongan ayat, dan dengan mantap anak-anak itu melanjutkan bacaan. Tak ada keraguan, tak ada kesalahan. Setiap ayat mengalir lancar dari mulut-mulut kecil yang hafal dengan hati.
Suasana makin menggetarkan saat para wisudawan menampilkan puisi dan lagu. Namun, puncak emosi terjadi ketika ritual sungkeman dimulai. Satu per satu anak memeluk erat wajah orang tua mereka, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih dengan air mata yang tak bisa dibendung. Tangisan pecah di seluruh sudut ruangan tangisan bahagia yang lahir dari perjuangan panjang.
Sementara itu, Ikhsan Marzuki sebagai Pembina Rumah Sahabat KITA menyampaikan bahwa acara ini adalah penanda awal dari sesuatu yang lebih besar.
"Ini bukan hanya wisuda. Ini adalah bukti bahwa cahaya Al Qur'an tak terhalang oleh keterbatasan fisik. Semua yang terlibat di sini telah mewakafkan yang terbaik baik tenaga, waktu, maupun materi. Semoga semua itu menjadi amal jariyah yang abadi,”ucapnya dengan penuh rasa syukur, Senin (21/7).
Ia menyaksikan bagaimana cahaya bisa lahir dari kegelapan. Bagaimana ayat-ayat suci mampu menjadi pelita bagi jiwa-jiwa yang tak bisa melihat, namun begitu tajam dalam meresapi kebenaran.
"Mereka mungkin tak bisa melihat huruf-huruf di mushaf, tapi mereka menjadikannya bagian dari denyut hidup mereka. Dan cahaya itu, tak akan pernah padam," pungkasnya.***
Editor : Andri Yanto