KARAWANG, iNewsKuningan.id - Kisah Bupati cantik Karawang saat relokasi pasar Rengasdengklok, dilempar batu hingga diacungi Sajam. Relokasi pasar Rengasdenglok berakhir ricuh, bahkan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana sempat mengalami hal yang tidak mengenakan dalam proses relokasi tersebut.
Relokasi pedagang Pasar Rengasdengklok ke pasar yang baru atau Pasar Proklamasi pada Rabu ini merupakan yang ketiga.
Sebelumnya, Pemkab Karawang gagal melakukan relokasi, dan kini kembali gagal karena pedagang menolaknya dengan alasan harga sewa kios/lapak yang cukup tinggi.
Dalam proses relokasi yang ketiga kali ini, para pedagang Rengasdengklok bersama kelompok masyarakat menghadang petugas gabungan yang terdiri atas Satpol PP dan TNI.
Aksi penghadangan petugas sebagai bentuk penolakan relokasi ke pasar yang baru itu dilakukan dengan membakar ban dan petasan di tengah jalan.
Selain itu, para pedagang yang bergabung dengan kelompok masyarakat juga melempari petugas dan para pejabat Pemkab Karawang seperti Sekda Karawang Acep Jamhuri dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
Akibat aksi lempar batu dan kayu yang dilakukan para pedagang itu, para pejabat di lingkungan Pemkab Karawang yang terlibat dalam proses relokasi berlarian, untuk menghindar.
Bupati Cantik ini mengatakan kalau kericuhan proses relokasi pedagang Pasar Rengasdengklok ke pasar yang baru, terjadi akibat provokasi oknum kelompok masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat (LSM).
"Kami sangat menyesalkan niat baik kami untuk menata Rengasdengklok agar lebih rapi, tertata dan nyaman dibalas dengan lemparan batu, petasan, botol kaca, balok kayu serta acungan samurai dan senjata tajam,"ujarnya dilansir Antara, Kamis (8/12/2022).
Cellica Nurrachadiana juga mengaku prihatin atas kericuhan yang terjadi dalam proses relokasi itu diawali dengan provokasi oknum-oknum LSM yang mengatasnamakan pedagang.
Menurut dia, provokasi oknum-oknum LSM itu telah membuat penataan pasar yang awalnya kondusif menjadi ricuh.
Akibat kejadian itu, kata dia, seorang anggota polisi terluka di bagian kepala, karena lemparan batu dan pecahan botol kaca.
"Puluhan anak-anak muda yang telah dicekoki minuman keras, dijadikan tameng untuk menyerang kami (saat proses relokasi)," kata dia.
Dia melanjutkan, Pemkab Karawang telah melakukan beragam cara, mulai dari sosialisasi kepada para pedagang selama sekitar empat bulan. Bahkan, pihaknya telah menyiapkan relaksasi pembiayaan hingga soal harga kios di pasar yang baru.
"Kami bersama muspida datang ke Rengasdengklok untuk berdiskusi, berdialog, mendengar dan menangkap keinginan pedagang pasar, tapi mengapa kami justru dibalas dengan kekerasan," kata dia.
Pihaknya menginginkan agar para pedagang berjualan di pasar yang rapi, nyaman, dan bersih. Karena itulah, dilakukan relokasi.
"Kami datang ke Pasar Rengasdengklok murni ingin mendengar aspirasi pedagang semua. Kami tidak ingin ada kekerasan, kami tidak mau ada satu pun yang terluka," kata dia.
Editor : Miftahudin