JAKARTA, iNewsKuningan.id - Bandung masih jadi Kota Tertinggi Kasus HIV. United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) menyoroti bahwa masih banyak remaja di Indonesia minim akan pengetahuan HIV.
Menurut UNAIDS, para remaja perlu mendapatkan edukasi dan pemahaman terkait dampak dan pencegahan dari virus human immunodeficiency (HIV). Namun hanya 15% remaja yang mampu menjawab soal HIV.
"Kelompok remaja masih minim pengetahuannya mengenai pencegahan. Dari data hanya 15% remaja yang bisa menjawab bagaimana bisa mencegah transmisi HIV? Kalau di Indonesia tidak punya pengetahuan yang komprehensif tentang HIV, mereka perlu update dan kita juga harus pastikan jika remaja perlu akses informasi dan promosi tentang itu," ujar Country Director UNAIDS Indonesia Krittayawan Boonto.
Salah satu contoh kasus HIV yang cukup tinggi, ia sampaikan yaitu Bandung. Menurutnya sekitar 50% nan kasus ditemukan, bisa jadi dampak dari minim akses informasi dan edukasi.
Sehingga perlu regulasi untuk pencegahan, yang disesuaikan disetiap daerah-daerah.
"Data infeksi baru kelompok remaja ternyata ada di 55% kita punya data estimasi ambil data validasi sama data dilapangan," ucapnya.
"Perlu dilakukan untuk program penanggulangan AIDS pada kelompok perempuan, termasuk remaja perempuan. Tidak punya kendali penuh atas kesehatan, seksualnya atau cara pencegahan diri dari penyakit, perlu dilakukan penyesuaian program pada setiap wilayah," kata Krittayawan menjelaskan.
Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendorong anak muda untuk melakukan deteksi dini kesehatan. Guna mencegah penularan AIDS, berdasarkan data didominasi oleh mereka yang berusia 19-59 tahun.
Hal tersebut disampaikan oleh Direktorat Promkes dan PM Kementerian Kesehatan, Dra. Herawati, MA. Ia mengatakan kasus banyak menyerang, anak muda di usia produktif, maka perlu pencegahan sebelum menikah.
"Penyakit AIDS pada usia produktif sih 19 sampai 59 tahun yang masih bekerja, di kalangan usia produktif. Untuk penularannya dari ibu hamil ke anak, maka harus diedukasi, dengan melakukan pemeriksaan kesehatan bagi para catin (calon pengantin), kalau sehat itu ada sertifikatnya dan bisa lanjut untuk menikah dan memperkecil penularan,” terang Dra. Herawati.
Editor : Miftahudin