"Dari hasil assessment di lapangan, kebakaran ini diduga dipicu oleh aktivitas pembakaran sisa panen tebu yang dilakukan oleh kelompok tani pemilik lahan. Tujuannya untuk membuka kembali area kebun atau melakukan peremajaan tanaman,”ungkapnya, Jumat (17/10).
Menurutnya, aktivitas pembakaran itu dilakukan sejak Rabu (15/10) sore sekitar pukul 15.00 WIB. Namun, sisa bara api yang tidak sepenuhnya padam kemudian terbawa angin dan membesar kembali hingga menimbulkan kebakaran pada malam harinya.
"Api sempat meluas dan membuat warga sekitar panik karena lokasinya berdekatan dengan pemukiman. Petugas desa, aparat kecamatan, TNI, Polri, serta tim Damkar dan BPBD segera dikerahkan ke lokasi untuk membantu pemadaman,”jelasnya.
Setelah dilakukan upaya bersama selama beberapa jam, api akhirnya berhasil dipadamkan sekitar pukul 21.00 WIB. Cuaca berawan dan kondisi angin yang mulai mereda turut membantu proses pemadaman.
Ia menegaskan, pihaknya telah memberikan imbauan kepada pemilik lahan dan kelompok tani agar tidak lagi melakukan pembakaran terbuka, terutama di tengah musim kemarau yang rawan memicu kebakaran lahan.
"BPBD Kuningan akan terus berkoordinasi dengan pihak desa dan aparat terkait untuk melakukan langkah pencegahan. Kami mengingatkan masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan dengan alasan apapun, karena risiko kebakarannya sangat tinggi,”tegasnya.
Meski tak ada korban jiwa, lanjutnya, kejadian ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih waspada dan bertanggung jawab dalam mengelola lahan pertanian.
"Musim kemarau panjang seperti sekarang membuat kondisi lahan sangat kering. Api sekecil apa pun bisa cepat membesar bila tidak diawasi,”pungkasnya.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait