Di sisi lain, Balai Taman Nasional Gunung Ciremai (BTNGC) memperketat pengawasan melalui sistem pendaftaran daring (SIMAKSI). Perwakilan BTNGC, Lukman menjelaskan, setiap pendaki wajib membayar Rp120 ribu per orang yang mencakup PNBP Rp50 ribu, cek kesehatan Rp20 ribu, serta retribusi jasa wisata Rp50 ribu.
"Pendakian hanya diizinkan bagi kelompok minimal empat orang, dengan perlengkapan lengkap dan kondisi fisik sehat. Pendaki juga wajib naik sebelum pukul 11.00 WIB serta membawa pulang kembali sampah yang mereka bawa,”tegasnya.
Setidaknya ada 260 orang telah mendaftar secara daring, dengan 200 pendaki sudah berada di jalur pada hari ini, Sabtu (16/8). Selain itu, sekitar 100 pendaki memilih jalur tektok tanpa menginap.
Untuk mengantisipasi lonjakan pengunjung, BTNGC menyiagakan 100 anggota mahasiswa pencinta alam (Mapala). Menurut petugas posko pendakian Cadas Poleng Palutungan, Sandi Baron, para relawan ditempatkan di sejumlah titik strategis.
"Sebagian disiagakan di setiap shelter, sementara yang lain bertugas secara mobile, terutama dari Pos 6 ke atas yang rawan kelelahan dan cedera,”kata Sandi.
Dengan kapasitas area kamping mencapai 405 orang, jalur Palutungan terpantau lebih aman meski ramai. Sementara itu, kepadatan juga terjadi di jalur pendakian Sadarehe dan Apuy Majalengka, sedangkan jalur Linggasana dan Linggajati relatif normal.
Peningkatan jumlah pendaki ini menjadi bukti tingginya animo masyarakat untuk merayakan kemerdekaan RI di alam terbuka. Bagi banyak orang, momen mengibarkan bendera di puncak Ciremai bukan sekadar aktivitas pendakian, melainkan bentuk penghormatan terhadap perjuangan bangsa.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait
