Ia menambahkan, KONI sebagai lembaga olahraga strategis tidak boleh dijadikan alat politik kekuasaan semata. Menurutnya, figur yang maju sebagai Ketua KONI haruslah memiliki kapasitas, pengalaman, dan dedikasi terhadap kemajuan olahraga.
"Bukan sekadar nyantol ke kekuasaan lalu punya keinginan jadi Ketua KONI. Tapi kami sudah mengukur, Lena punya pengalaman panjang di organisasi partai dan kemasyarakatan. Itu yang meyakinkan kami," tegasnya.
Fraksi PDIP, lanjut Rana, tidak hanya hadir secara fisik dalam pendaftaran, tetapi juga sudah mengantongi dukungan minimal dari empat cabang olahraga (cabor) sebagai syarat administratif. Namun demikian, ia menegaskan bahwa penilaian terhadap calon tak cukup dari jumlah dukungan tertulis saja.
"Bukan cuma soal sudah dapat dukungan sekian cabor lalu otomatis jadi. Harus dilihat juga kemampuan manajerial dalam mengelola organisasi. Kalau tidak punya, ya mending mundur saja," sindirnya.
Meskipun Lena adalah satu-satunya perempuan yang muncul dalam bursa calon, hal ini justru menjadi energi tersendiri bagi PDIP untuk mendorong kesetaraan di bidang olahraga.
"Justru karena beliau perempuan, itu menjadi semangat kami. KONI bukan milik laki-laki saja. Lena paham betul tata kelola organisasi, dan itu sudah terbukti dari pengalaman beliau selama ini," tutup Rana.
Dengan mengusung Lena Herlina, pihaknya berharap KONI Kuningan ke depan bisa dikelola secara profesional, berpihak pada kemajuan prestasi atlet, dan tidak terjebak pada kepentingan politik sesaat.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait
