"Jalankeun ibing jalan tengah, kudu bisa siap! Jalankeun ibing pageur, kudu bisa siap! Jalankeun ibing bandras, kudu bisa siap!” serunya penuh semangat dengan bahasa Sunda.
Ia menegaskan bahwa regenerasi pendekar Cimande tidak cukup hanya dengan latihan fisik, tetapi harus dibarengi dengan pembinaan moral, spiritualitas, dan penguatan jati diri bangsa.
"Ibing jeung amal kudu babarengan. Luluhur urang teu ngajarkeun silat pikeun sombong, tapi pikeun ngaraketkeun diri ka Gusti," ujar Yoyo Sumaryo, menekankan filosofi luhur pencak silat sebagai jalan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Ketua terpilih Padjajaran Cimande Kuningan, Dedi Hendryana, dalam sambutannya menyatakan bahwa ketiga pesan kasepuhan itu akan menjadi napas perjuangan dalam masa kepemimpinannya. Ia memaknai pesan-pesan tersebut layaknya jurus alif yang pertama kali ia pelajari terlihat sederhana, namun menyimpan makna mendalam tentang iman dan akhlak.
"Kepemimpinan sejati bukan sekadar jabatan, tapi tentang menjaga nilai dan menjadi pribadi yang lurus serta bermanfaat," tegas Dedi, Sabtu (31/5).
Ia kemudian menjabarkan makna dari tiap pesan sakral tersebut. Pertama, Jalankeun ibing jalan tengah, yang berarti menjalani hidup secara seimbang, tidak terombang-ambing oleh kekuasaan atau kepentingan pribadi, namun tetap setia pada jalur keadilan dan kebijaksanaan.
Pesan kedua, Jalankeun ibing pageur, dimaknainya sebagai kewajiban untuk menjaga iman dan nilai-nilai tauhid, seperti pagar yang menjaga rumah, dilakukan dengan tindakan nyata, bukan hanya kata-kata.
Sementara pesan ketiga, Jalankeun ibing bandras, mengajarkan pentingnya menyatukan raga dan rasa dalam pengabdian kepada Tuhan, bahwa amal sejati tidak hanya tampak oleh mata, tetapi juga terasa oleh hati.
"Kami berharap, ke depan, dengan semangat baru dan prestasi gemilang, Padjajaran Cimande Kuningan bisa terus menatap masa depan sebagai penjaga warisan, penggerak kebudayaan, dan teladan kepemimpinan yang berakar pada nilai luhur," pungkasnya.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait