"Saya ingin penanaman ini bukan hanya menjadi seremoni, tapi menyatu dengan kehidupan ekonomi masyarakat, terutama perempuan. Pohon aren itu bukan hanya pohon—ia sumber penghidupan. Bisa jadi gula kawung, kolang-kaling, bahan atap rumah. Ini bagian dari ekonomi kerakyatan yang lestari,” ujarnya penuh semangat, Rabu (28/5).
Menurutnya, jika pelestarian alam menyatu dengan kebermanfaatan ekonomi, maka kelestarian akan lebih kuat, akar akan lebih dalam. Ia juga mendorong agar pohon yang ditanam bukan hanya aren, tetapi juga tanaman buah dan kayu keras lainnya yang bermanfaat langsung bagi warga.
Dari sisi global, Project Manager FOLU Net Sink 2030, Arga Paradita Sutiono, menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari strategi nasional untuk menekan emisi karbon.
"FOLU Net Sink 2030 bertujuan menjadikan sektor kehutanan dan lahan sebagai penyerap karbon bersih. Ini penting, karena sektor ini masih menyumbang sekitar 40 persen emisi nasional. Kita ingin membalik itu, menjadi solusi,”jelasnya.
Kampung Adat Kuta bukan tempat yang asing dalam perjuangan menjaga bumi. Pada 2002, kampung ini menerima Penghargaan Kalpataru dari Presiden RI berkat komitmen menjaga hutan dan budaya. Di sini, setiap ritual adat, setiap helai daun, dan setiap jejak kaki mengandung makna akan keseimbangan.
Penanaman pohon aren kali ini seakan menjadi jembatan antara tradisi dan masa depan. Di tengah derasnya perubahan iklim dan modernisasi, Kampung Adat Kuta memberi pelajaran bahwa pelestarian tidak harus menolak kemajuan, asal akarnya kuat dan niatnya tulus.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait