Menurutnya, pernyataan pihak BTNGC yang menyebut masyarakat harus lebih cerdas dalam menilai situasi, dinilai kurang elok dan justru terkesan defensif terhadap pihak pengelola wisata yang diduga menjadi pemicu bencana.
"BTNGC seharusnya bersikap lebih komunikatif dan bijak. Daripada buru-buru membela pihak tertentu, lebih baik fokus menyampaikan rencana penelusuran penyebab, investigasi lingkungan, atau bahkan meninjau ulang seluruh aktivitas pembangunan di kawasan itu," kritiknya.
Ia menambahkan, kepentingan masyarakat harus menjadi prioritas utama dalam setiap pengelolaan kawasan konservasi.
"Jangan sampai publik merasa suara dan kekhawatirannya diabaikan. Sebagai badan otoritatif, BTNGC seharusnya menjadi garda depan dalam menjaga keseimbangan lingkungan, bukan malah menyampaikan narasi yang menyudutkan masyarakat,”tegasnya.
Ia pun mendorong, agar insiden ini menjadi momentum evaluasi menyeluruh terhadap pembangunan di kawasan konservasi, agar tidak menimbulkan bencana ekologis yang lebih besar di masa mendatang.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait