Mikroba tersebut telah diuji coba sejak 2018 di Desa Bandorasa Kulon. Bahkan memiliki manfaat bagi pertumbuhan tanaman, meningkatkan produktivitas, serta membuat tanaman lebih tahan terhadap penyakit, kekeringan, dan hama.
"Penelitian yang telah kami lakukan di TNGC menunjukkan, betapa berharganya kawasan ini dari segi keanekaragaman hayati. Kami berkomitmen untuk bersinergi dengan Pemkab Kuningan, dalam mengeksplorasi potensi alamnya secara bertanggung jawab dan berkelanjutan,”ujar Prof Hadi.
Pj Bupati Kuningan, Dr H Raden Iip Hidajat menyambut baik kerja sama ini, dan menegaskan dukungannya terhadap upaya bioprospeksi di TNGC.
"Kami siap berkolaborasi dengan BNGi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sekaligus memanfaatkan potensi Gunung Ciremai secara bijaksana, termasuk untuk bahan obat dan pangan," ungkapnya.
Kerja sama ini juga mendapat sambutan positif dari Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kuningan, Dr Wahyu Hidayah. Terlebih, Kuningan sudah menerapkan teknologi Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) di 15 desa, yang melibatkan lebih dari 100 hektar lahan.
"PGPR menggunakan bakteri Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens yang mendukung pertumbuhan tanaman. Kehadiran mikroba C71 dapat menjadi pembanding, untuk menentukan teknologi mana yang lebih efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Kuningan," bebernya.
Pihaknya berharap, hasil riset ini dapat membawa manfaat ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya konservasi sumber daya alam yang berkelanjutan.
Melalui kemitraan ini, diharapkan potensi sumber daya alam di TNGC dapat dimanfaatkan secara maksimal. Termasuk tetap menjaga keseimbangan ekosistem, dan memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat.***
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait