Mahasiswa terus menyuarakan aspirasinya, termasuk meminta seluruh massa aksi masuk ke dalam gedung dewan. Hanya permintaan itu ditolak, karena yang diizinkan hanya perwakilan sebanyak 10 orang.
"Kami minta agar semua masuk ke dalam pak. Kami tidak mau perwakilan, kami datang ke sini jauh-jauh ingin berdiskusi di dalam," koar salah seorang mahasiswa.
Tak hanya itu, orasi mahasiswa juga menyebutkan jika DPR itu jangan menjadi Dewan Pengkhianat Rakyat, yakni mengatur undang-undang dengan semena-mena.
"Mereka tidak mempertimbangkan aspirasi yang disampaikan rakyat. Hari ini, detik ini kita bela panas-panasan, tapi mereka hanya duduk ngopi saja, apa itu yang dinamakan perwakilan atau pengkhianatan kawan-kawan," kata mahasiswa perwakilan dari BEM Unisa.
Sementara seorang mahasiswa dari BEM Universitas Muhamadiyah Kuningan merasa geran, karena demokrasi diciderai oleh kepentingan kelompok yang hendak menganulir putusan MK soal ambang batas pencalonan Pilkada 2024.
"Kami dari berbagai aliansi mahasiswa, turun ke jalan untuk berjuang terhadap tegaknya demokrasi bangsa Indonesia. Hidup mahasiswa, hidup rakyat Indonesia, hidup perempuan yang melawan," tegasnya.
Ketua DPRD Kuningan, Nuzul Rachdy saat menemui para mahasiswa menyampaikan, jika hari ini memang negara sedang tidak baik-baik saja. Aksi mahasiswa ini adalah wujud nyata melawan tirani dan ketidakadilan berdemokrasi.
"Saya yakin teman-teman mahasiswa membawa aspirasi rakyat Indonesia. Saya sadar betul, bahwa negara kita sedang tidak baik-baik saja," tandasnya.
Dirinya secara tegas, akan mendengar semua aspirasi mahasiswa dan akan diperjuangkan ke tingkat pusat.(*)
Editor : Andri Yanto
Artikel Terkait