Lebih lanjut Djoko juga mengatakan, mitigasi juga sangat perlu diperhatian pemerintah yang harus disampaikan kepada masyarakat. Hal ini mencakup apa yang perlu dilakukan ketika terjadi kecelakaan agar tidak tersetrum.
Karena Lanjut Djoko, saat terjadi kecelakaan besar kemungkinan paket baterai akan terbuka dan arus listrik yang dikeluarkan bisa menyambar ke seluruh bodi mobil yang masih terbuat dari metal.
“Kalau hanya mengkampanyekan soal ramah lingkungan tidak akan nyangkut ke masyarakat. Terpenting adalah menyampaikan seberapa aman kendaraan listrik tersebut dan baterai yang digunakan. Terutama di Jakarta yang sering terendam banjir. Sosialisasi itu perlu, mengingat produsen pastinya sudah memikirkan risiko tersebut. Saya kira masyarakat kita kurang mendapatkan pemahaman itu," imbuh dia.
Djoko Setijowarno mengatakan saat ini pemerintah Indonesia hanya memikirkan Pulau Jawa saja. Permasalahan lainnya adalah infrastruktur yang belum memadai sehingga masyarakat enggan beralih ke kendaraan listrik.
“Listrik di luar Jawa-Bali saja masih sangat terbatas, bagaimana mau minta masyarakat pindah ke kendaraan listrik. Misal di Morowali daerah penghasil nikel, yang merupakan salah satu bahan baku baterai, di sana masih cukup tertinggal,” ucapnya.
Djoko menyampaikan seharusnya pemerintah Indonesia menggencarkan kendaraan listrik untuk transportasi umum. Menurutnya, itu akan menjadi contoh yang sangat bagus bagi masyarakat.
“Seharusnya untuk di daerah-daerah di luar Jawa-Bali pemerintah memperkenalkan kendaraan listrik dengan transportasi umum. Misal bus listrik, itu akan sangat bagus dan masyarakat akan bisa menilai sendiri manfaat yang diberikan,” ungkapnya.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait