Di pintu ini memang terlihat banyak sekali bunga yang ditaburi Aremania, mendoakan para korban. Properti korban seperti sepatu, syal, dompet hingga pakaian gang tertinggal seolah-olah menjadi saksi bisu bagaimana detik-detik malaikat maut mengintai ribuan orang yang berdesakan untuk keluar stadion.
Salamah, warga Ardirejo Kepanjen menjadi satu dari mungkin ribuan orang yang harus kehilangan orang-orang tercintanya. Di kejadian ini dia kehilangan dua anggota keluarga besarnya, yakni sang adik keponakan yang berusia 21 tahun dan kakaknya berusia 25 tahun.
Perempuan berusia 45 tahun ini sengaja datang ke lokasi guna melihat lebih dekat seperti apa kondisi pintu tersebut. Pasalnya, dia menerima pengakuan dari tetangga yang juga berangkat dengan sang keponakan, di sinilah banyak korban berjatuhan.
"Pertama itu penasaran ingin tahu seperti apa. Kedua saya pengen mendoakan para korban di sini," ucap Salamah.
Dengan membawa bunga melati seadanya, dia menaburkan seraya berdoa tepat di depan pintu 13. Raut kesedihan begitu terlihat ketika Salamah memulai doanya, tak berselang lama air matanya keluar. Tangannya menengadah ke atas, seraya membaca beberapa doa. Semakin lama dia membaca doa, semakin bertetesan air matanya.
"Sedih kalau ingat keponakan saya. Anaknya baik, nggak suka neko-neko, ngerokok aja nggak, kok mau berbuat rusuh. Anaknya pendiam selama ini," ujarnya.
Terpisah Aremania Yuli Sumpil mengakui banyak korban jiwa Aremania yang dilihatnya mengalami luka memar di bagian kepala hingga mukanya lebam. Bahkan saat dia melihat ke arah musala di tribun VIP, dia dibuat terkejut karena di sana berjejer jenazah dengan darah di mana-mana.
"Saya masuk ke dalam tribun VIP, rata-rata yang meninggal mukanya hitam, dan matanya melotot," kata Yuli.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait