disional yang hingga sekarang tetap dipertahankan oleh para generasi penerusnya upacara adat pesta dadung ini sempat vakum, akibat masa pandemi Covid-19.
Sedang pesta Dadung yang diakhiri dengan menari oleh para, penggembala petani serta para kuwu ini, sebelumnya diawali dengan doa kepada yang mahaesa oleh sesepuh setempat memohon untuk keselamatan musim tanam padi selanjutnya juga memanjatkan doa rasa syukur kepada sang pencipta atas telah diberinya rejeki dengan berhasilnya panen padi.
Dan melengkapi ritual upacara adat pada saat sesepuh memohon doa, juga disertakan Dadung sejenis tali yang terbuat dari ijuk yang panjangnya 8 meter, serta Dadung lainnya yang biasa digunakan untuk mengikat leher kerbau atau sapi juga sebuah Cemeti atau Cambuk, usai berdoa dengan diiringi nyanyian pasundan oleh para Sinden para Kuwu pemuda desa, menari sambil saling memegang tali Dadung.
Sementara disela-sela berlangsungnya pesta Dadung ini, juga Dilakukan upacara buang hama ke Situ Hyang oleh para sesepuh Cigugur juga hadirin undangan. Buang hama ini dimaksudkan agar terhindar dari hama yang akan menyerang tanaman padi pada musim berikutnya sehingga akan memperoleh hasil panen yang lebih baik. "Tradisi ini digelar, agar para petani terhindar dari hama yang menyerang tanaman dan padi mereka," ujar Pangeran Gumirat Barna Alam, Ketua Masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda Wiwitan Cigugur.
Selain para petani dan penggembala hanyut dalam kegembiraan dengan menari bersama-sama juga menjadi tontonan menarik bagi warga sekitarnya yang ikut menyaksikan jalannya upacara adat pesta dadung ini. "Pihaknya berharap ajang ini menjadi salah satu daya tarik wisata," M Ridho Suganda, Wakil Bupati Kuningan.
Editor : Miftahudin
Artikel Terkait