Harmoni Ribuan Angklung Kolosal Iringi Momen Hardiknas di Kuningan

KUNINGAN,iNEWS.ID–Suasana penuh khidmat dan kebanggaan menyelimuti Lapangan Stadion Mashud Wisnusaputra, Jumat (2/5), saat ribuan pelajar dan guru memainkan angklung secara kolosal dalam peringatan Hardiknas di Kabupaten Kuningan.
Penampilan istimewa ini juga melibatkan Bupati Dr H Dian Rachmat Yanuar, Wakil Bupati, Sekda Provinsi Jawa Barat, Forkopimda, dan berbagai unsur masyarakat lainnya.
Dengan mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah di Indonesia, para peserta menyatu dalam lantunan lagu Terpujilah Guruku dan You Raise Me Up. Dentingan angklung menggema dalam harmoni yang indah, menciptakan momen haru yang memperkuat identitas Kuningan sebagai Kabupaten Angklung.
Penampilan kolosal ini dipandu oleh Fendi, seorang guru sekaligus pegiat angklung dari Kelurahan Citangtu. Ia dikenal sebagai salah satu pelopor angklung diatonis, jenis angklung yang dapat memainkan tangga nada lengkap seperti alat musik modern.
"Angklung ini ada tanda-tandanya. Kita mainkan dengan teknik yang benar, tangan kiri memegang bagian atas, tangan kanan di bawah,”ujar Fendi saat memberi arahan sebelum penampilan dimulai.
Bupati Dian Rachmat Yanuar, yang juga dikenal sebagai inisiator Kuningan sebagai Kabupaten Angklung Diatonis, menyampaikan apresiasi atas penampilan tersebut.
"Harmoni angklung ini menggambarkan semangat kolaborasi dalam dunia pendidikan yang menyatu dengan kearifan lokal. Ini bukan sekadar pertunjukan, tetapi ekspresi budaya yang membentuk karakter bangsa,”tuturnya.
Ia menambahkan, angklung tidak hanya menjadi simbol seni, tetapi juga alat pemersatu lintas generasi.
"Melalui angklung, kita wariskan nilai gotong royong, kebersamaan, dan cinta budaya kepada generasi penerus,” ujarnya.
Kisah angklung diatonis sendiri berakar kuat di tanah Kuningan. Inovasi ini bermula pada tahun 1938, saat Daeng Soetigna, seorang guru SMP di Kuningan, belajar kepada tokoh masyarakat Citangtu bernama Muhammad Sotari atau yang akrab disapa Pak Kucit. Dari tangan merekalah lahir angklung dengan tangga nada diatonis berbeda dari angklung tradisional yang hanya mengenal nada pelog dan salendro.
Tangga nada diatonis, yang umum digunakan dalam musik modern seperti pop, jazz, bahkan rock, menjadikan angklung semakin fleksibel dan relevan. Inovasi ini sekaligus menempatkan angklung sebagai alat musik tradisional yang mampu berdialog dengan dunia.
Peringatan Hardiknas di Kuningan tahun ini bukan hanya perayaan pendidikan, tetapi juga peneguhan komitmen terhadap pelestarian budaya. Di tengah tantangan zaman, angklung diatonis menjadi simbol bahwa warisan leluhur bisa tumbuh dan berinovasi bersama semangat zaman.***
Editor : Andri Yanto