JAKARTA, iNewsKuningan.id - Fakta menarik keperawanan wanita dalam dunia medis. Keperawanan merupakan salah satu hal yang cukup tabu di Indonesia.
Keperawanan didefinisikan sebagai kondisi seorang perempuan yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Secara umum, hal ini ditandai dengan adanya himen atau selaput dara yang dapat dibuktikan dengan adanya perdarahan saat hubungan seksual pertama kali setelah pernikahan.
Menurut badan kesehatan dunia (WHO), virginity atau keperawanan bukanlah terminologi medis dan ilmiah, namun lebih pada hasil bentukan sosial, kultural dan religi. Begitu pentingnya nilai keperawanan ini, pada suatu masyarakat tertentu sehingga hal ini harus dibuktikan dalam bentuk adanya bercak darah di sprei (blood on the sheet) pada malam pertama.
Jika hal ini gagal dibuktikan, maka pihak keluarga pengantin laki-laki berhak menuntut pembatalan pernikahan. Meski konsep keperawanan diartikan tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah baik untuk laki-laki dan perempuan dalam Christianity, Judaism dan Islam, namun pada laki-laki hal tersebut tidak dapat dibuktikan secara fisik seperti adanya himen pada perempuan.
Himen merupakan membran tipis, seperti kulit, tidak berambut yang mengelilingi lubang vagina, yang dapat dilihat pada orifisum vagina saat vagina terbuka, mempunyai variasi ukuran, bentuk dan keberadaan.
Dalam artian, bahwa setiap perempuan mempunyai himen dengan berbagai bentuk ukuran dan tidak setiap perempuan mempunyai himen. Keberadaan himen sendiri diduga merupakan sisa dari pembentukan embrio yang seringkali hilang atau mengalami “perforasi” dalam masa kehamilan lima bulan atau sebelum bayi perempuan lahir.
1 dari 1.000 bayi perempuan tidak mengalami “perforasi” dan utuh sampai dengan lahir, dan menutupi orifisium vagina yang merupakan kondisi anomali yang disebut himen imperforata.
Tes keperawanan
Tes keperawanan seringkali digunakan sebagai syarat untuk memasuki pendidikan atau pekerjaan tertentu. Kenyataannya, tes keperawanan pun tidak bisa memberikan informasi mengenai perawan atau tidaknya seorang wanita. Bahkan, dokter ginekologi pun tidak dapat mengetahui keperawanan wanita hanya dengan melakukan prosedur ini.
Pasalnya, struktur dan elastisitas selaput dara pada tiap wanita berbeda-beda, serta hymen bisa berubah seiring bertambahnya usia.
Beberapa wanita mungkin memiliki selaput dara yang lebih kuat sehingga bisa meregang dan tidak mudah robek dan berdarah. Sementara yang lain mungkin memiliki hymen yang mudah robek karena aktivitas seperti olahraga, berkuda, atau terjatuh.
Bahkan, ada sebagian wanita yang tidak memiliki selaput dara sama sekali. Kesimpulannya, tes keperawanan hasilnya tidak valid.
Editor : Miftahudin